Mataram NTB - Kepolisian Resor Kota Mataram diterjunkan mengawal tradisi Umat Hindu di Lombok, yaitu perang api dalam rangka menyambut perayaan Hari Nyepi Tahun Baru Caka 1944. Upacara adat ini awalnya tidak diizinkan. Namun, masyarakat meminta kebijakan untuk tetap menyelenggarakan perang api. Dengan catatan hanya perwakilan yang menjalankan kegiatan upacara tersebut. Rabu (02/02).
Kapolresta Mataram Kombes Pol Heri Wahyudi SIK MM mengatakan bahwa kita libatkan 52 personel gabungan Polres, Polsek Sandubaya, TNI Pencalang dan Pam Swakarsa untuk pengamanan antisipasi kerumunan tradisi yang biasa di gelar Umat Hindu dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi ini, yang tadinya dihimbau untuk ditiadakan namun masyarakat meminta agar diselenggarakan, ucapnya
Jadi dari kami wajib mengamankan dan menghimbau bahkan untuk memperkuat pengamanannya, Polresta Mataram dibantu BKO dari Dit Samapta Polda NTB sebanyak 31 personil jadi total 83 personel di lapangan.
"Sebagai koordinator yang akan mengawalnya, dipimpin oleh Kapolsek Sandubaya karena lokasi pelaksanaan masih berada di wilayah pengamanan setempat, " ujarnya.
Pelaksanaan tradisi Umat Hindu yang merupakan warisan leluhur ini, biasa digelar setiap tahunnya di persimpangan Tugu Tani, seputaran jalan Selaparang, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram ", terang Kapolresta.
Kapolsek Sandubaya Kompol M. Nasrullah SIK menambahkan saat diwawancarai dalam pergelarannya, perang api ini akan mempertunjukkan aksi antara dua kubu Umat Hindu di wilayah Cakranegara, yaitu antara warga lingkungan Negara Sakah dengan Sweta saling serang menggunakan senjata yang mereka sebut dengan "bobok"."Bobok" terbuat dari seikat daun kelapa kering, yang pola ikatannya menyerupai sapu lidi. Daun kelapa kering inilah yang nantinya dibakar dan menjadi senjata utama untuk menyerang lawan, ujarnya
Menurut kepercayaan Umat hindu, tradisi perang api ini memiliki makna untuk "tolak bala" atau membuang energi negatif yang ada di bumi dari segala bentuk malapetaka. Termasuk juga makna saling serang menggunakan "bobok", Umat Hindu percaya tradisi itu dapat menyucikan diri dari pengaruh roh jahat.
Sehingga, sebelum menyambut ritual "nyepi" yang dilaksanakan pada satu hari penuh pada esok harinya, pribadi manusia diyakini benar-benar suci dalam menjalankan perayaan "nyepi" yang jatuh pada Kamis (3/3) mendatang.
Kami batasi, berikan waktu dan imbau Protokol Kesehatan Covid-19, mencegah kerumunan yang lebih besar sehingga upacara adat ini dapat berjalan tanpa menimbulkan cluster baru nantinya, tutup Kapolsek.(Adbravo)